Sehelai Tisu Di Pagi Hari
Setibanya kami di warung kopi aneka baunya kopi di penciuman membuat kami tidak sabar menunggu seduhan kopi untuk kami pada pagi hari ini. Kue donat yang berlobang tengah di taburi coklat menemani pahit manisnya kopi pada pagi hari. Sedikit demi sedikit kami merasakan nikmatnya pahit kopi ditemani donat.
Layar televisi di depan membuat kami tidak terasa waktu begitu cepatnya bergerak. Dengan mata menatap layar televisi kadang-kadang kami melihat kakek-kakek begitu santai menikmati kopi pagi. Panjang umur kakek-kakek semuanya semoga selalu dalam kasih sayang Tuhan yang kuasa. Lupa kami potret keseruan kakek-kakek menonton televisi sambil menikmati secangkir kopi.
Jam di layar handphone pun menunjukkan 08:05, menandakan waktu menikmatinya kopi telah berakhir bagi kami. Waktu berganti dengan keharusan memulai aktivitas di pagi hari ini. Penjaga warung pun dengan hangatnya menunggu pembeli di kasir. Bang kami kopi dan dua kue kataku pada abang yang ada di kasir. Setelah saya membayar nya, badan membalikkan ke arah belakang ingin keluar warkop. Terlihatlah tisu yang terletak di atas kulkas. Bang izin tisu ya kataku pada abang yang ada di kasir. Iya baik katanya.
Dengan sehelai tisu di tangan, diriku terus menuju ke kendaraan di samping belakang warung kopi. Lahan perlahan kendaraan pun berjalan dengan sehelai tisu di tangan. Setibanya ditempatkan saya bekerja, sehelai tisu itu saya letakkan di atas meja. Satu persatu saya persiapkan barang kebutuhan di hari ini. Dan akhirnya selesai sudah tugas utama pada pagi hari ini. Sehelai tisu itu saya amankan di tangan kiri saya, dan jam hampir menunjukkan 09.00 tisu itu masih di tanganku.
Setelah kuperhatikan ada yang berbeda dengan tisu ini, dulunya saat ku ambil dari warung kopi sebersih kain putih iya bersih. Tapi setelah satu jam kemudian tisu berada di tangan yang berdebu lama-kelamaan tisu itu pun menjadi pudar warnanya.
Tugas pertama pada pagi ini sudah lumayan siap aja sih. Dengan tangan yang masih berdebu (pasti tidak kotor iya), tangan kiri ku terus memegang tisu itu. Handphone pada tangan kanan terus kubaca berita terbaru untuk hari ini.
Waktu terus berjalan entah di jam atau menit berapa tisu itupun masih berada ditangan ku. Tapi pada saat ini aku mulai memperhatikan betul apa yang terjadi dengan tisu ini!... Yang dulunya aku ambil di warkop dan yang sekarang ini… Betul berbeda dengan yang awalnya.
Seketika pikiran ku pun mulai mencoba memikirkan “hanya sehelai tisu putih, seputih nya kain kafan. Ia akan terus putih bila berada di tangan yang selalu bersih. Dan akan menghitam seiring berjalannya waktu ketika berada di tempat yang kurang tepat. Apalagi berada di tangan yang kotor. Dosa sekecil apapun yang terus menerus tanpa dibarengi dengan istighfar akan layaknya tisu berada di tong sampah, yang akan terus-menerus kotor bahkan sampai ia akan lenyap di makannya waktu”.
Pelajaran bagi kita, teruslah membersihkan diri dengan memulai dari diri kita sendiri. Bersihkan diri tanpa mengharap pujian dan cacian dari manusia. Tetaplah pada pendirian sendiri selalu mengerjakan sesuatu untuk mendapatkan ridho Allah SWT.
0 Response to "Sehelai Tisu Di Pagi Hari "
Posting Komentar