-->

Apakah Suara Wanita Termasuk Aurat Menurut Islam?

Maqalah SantriBagaimana hukum mendengar suara perempuan, dan apakah suara perempuan termasuk aurat?

Berikut ini beberapa penjelasan Ulama mengenai suara perempuan, apakah suara perempuan termasuk aurat?

Pada dasarnya suara perempuan tidaklah termasuk aurat berdasarkan:



1. Sebagaimana yang telah di bahas kan oleh Az Zarkasyi dalam kitab Fathul Mu'in:


وليس من العورة الصوت فلا يحرم سماعه إلا إن خشي منه فتنة أو التذ به.



قوله وليس من العورة الصوت ) أي صوت المرأة ومثله صوت الأمرد فيحل سماعه ما لم تخش فتنة أو يلتذ به وإلا حرم ( قوله فلا يحرم سماعه ) أي الصوت (قوله إلا إن خشي منه فتنة أو التذ به) أي فإنه يحرم سماعه، أي ولو بنحو القرآن ومن الصوت الزغاريد


Bagaimana hukum mendengar suara perempuan, dan apakah suara perempuan termasuk aurat?


Suara perempuan tidak termasuk bagian aurat, maka tidak haram mendengarkannya, kecuali jika dikhawatirkan terjadi fitnah atau merasa lezat dengan suaranya. Sama halnya suara Amrad (pemuda tampan tanpa jenggot) maka halal mendengarkannya selama:


A. Tidak menimbulkan fitnah

B. Tidak merasa nikmat dengan suara tersebut,


Namun bila mengakibatkan dua hal di atas hukum mendengarkan suara wanita adalah haram walaupun semacam Al Quran.


(I'anah at-Thalibin juz:3, hal: 260, Cek: Thoha Putra).


2. Dalam kitab Hasyiah Bujairimi juz 3, halaman 372.


وَيَحْرُمُ سمَاعُ صَوْتِهَا وَلَوْ نَحْوَ الْقُرْآنِ إنْ خَافَ مِنْهُ فِتْنَةً أَوْ الْتَذَّ بِهِ وَإِلَّا فَلَا وَالْأَمْرَدُ فِيمَا ذُكِرَ كَالْمَرْأَةِ


(بجيرمي)


3. Dan dalam kitab Hasyiah Qalyubi wa Umairah juz 3 halaman 209,  menjelaskan, haram mendengar suara perempuan dengan beberapa catatan.


ويحرم سماع صوتها ولو نحو القرآن إن خاف منه فتنة أو التلذ به وإلا فلا والأمرد فيما ذكر كالمرأة


( حاشية القليوبي وعميرة )


“Haram mendengarkan suara wanita walaupun semacam bacaan Al Quran apabila dikhawatirkannya timbul fitnah atau ia merasa lezat  disebabkannya, namun jika tidak merasakan hal demikian maka tidak apa-apa. Sedangkan Amrad dalam hal ini sama dengan perempuan”


Hasyiah Qalyubi wa Umairah juz 3 halaman 209


4. Dalam kitab Al - Mausu'ah Fiqhiyyah Al-Kuwaitiyah halaman 90, juz 4, dijelaskan:


أَمَّا إنْ كَانَ صَوْتَ امْرَأَةٍ فَإِنْ كَانَ السَّامِعُ يَتَلَذَّذُ بِهِ أَوْ خَافَ عَلَى نَفْسِهِ فِتْنَةً حَرُمَ عَلَيْهِ اسْتِمَاعُهُ وَإِلاَّ فَلاَ يَحْرُمُ


(الموسوعة الفقهية الكويتي)

    

Namun jika itu adalah suara wanita, maka jika pendengarnya merasakan lezat dengan nya, atau takut akan menjadi fitnah bagi dirinya, maka dia haram mendengarkannya, sebaliknya jika pendengar tidak merasakan lezatnya suara ataupun tidak menimbulkan fitnah bagi dirinya maka mendengarnya suara wanita tidaklah haram.


Mausu'ah Fiqhiyyah Al-Kuwaitiyah halaman 90, juz 4


الأدلة على أن صوت المرأة ليس بعورة


إن صوت المرأة ليس بعورة وذلك لأن النساء كن يكلمن الرجال في زمن النبي صلى اللَّه عليه وسلم وفي زمن أصحابه رضي اللَّه عنهم بالسلام والسؤال والاستفهام والاستفتاء في أمور الدين والمشاورة وغير ذلك كما هو معروف من سيرهن وسيرهم ولو كان صوت المرأة عورة لا يحل لرجل أجنبي سماعه منها لا استحل هؤلاء الصحابة لأنفسهم سماعه من نساء أجنبيات عنهم فهم أورع من أن يفعلوا ما حرمه الشارع عليهم أو لأنكر عليهم رسول اللَّه -صلى اللَّه عليه وسلم أو أنكر بعضهم على بعض ولكن لم يرد عن رسول اللَّه صلى اللَّه عليه وسلم ولا عن أحد من أصحابه نكير على ذلك فدل هذا على أن صوت المرأة ليس بعورة وأنه يحل لأجنبي عنها سماعه منها


( موسوعة محاسن الإسلام )


Dalil suara perempuan tidak termasuk aurat.


Sebagai dalil bahwasanya suara perempuan merupakan bukan aurat adalah perempuan-perempuan pada masa Rasulullah Saw dan para sahabat R.a mereka berbicara dengan para laki-laki dalam hal salam (tentunya tidak membawaki kepada fitnah), bertanya, meminta fatwa urusan agama, musyawarah dan lain sebagainya, sebagaimana layaknya kehidupan sehari-hari mereka.


Andai kiranya suara perempuan itu aurat maka tidak halal bagi seorang laki-laki ajnabi mendengarkan nya, dan para sahabat pun tidak akan mendengarkan suara perempuan ajnabi. Padahal mereka para sahabat lebih wara' (terpelihara) daripada mengerjakan sesuatu yang telah dilarang syariah.


Ataupun bila ia suara perempuan termasuk aurat, sungguh Rasulullah Saw. mencegah para sahabat mendengarkan nya, dan mereka pun saling mencegahnya antara sesama.


Akan tetapi tidak warid dari Rasulullah Saw. dan para sahabat yang mencegahnya mendengarkan suara perempuan.


Maka menunjukkan bahwa suara perempuan bukanlah termasuk dari aurat. Dan laki-laki ajnabi halal mendengarkannya. (Tentunya selama tidak dikhawatirkan terjadinya fitnah).


 وأيضًا لو كان صوت المرأة عورة لأمرت بستره وحجبه عن الرجال الأجانب عنها كما أمرت بستر العورة من بدنها عنهم فلما لم تؤمر بستر صوتها وعدم التحدث مع الرجال الأجانب عنها دل هذا على أنه ليس بعورة منها


( موسوعة محاسن الإسلام )


Dan pula, andai suara perempuan termasuk aurat maka sungguh diperintahkan perempuan untuk menutup-nutupi suaranya dan menghalanginya dari laki-laki ajnabi, sebagaimana diperintahkan untuk menutupi aurat badannya. 


Maka ketika tidak ada perintah untuk menutupi suaranya dan ketiadaan berbicara dengan lawan jenis menunjukkan bahwa suara perempuan tidak termasuk bagian dari aurat.


Mausu'ah Mahsinil Islam juz 11, halaman 164.


Dan masih dalam Al Mausu’ah Al Fiqhiyah Al Kuwaitiyah (juz 4 halaman 90) di jelaskan haram mendengar nyanyian  dalam beberapa kategori:


الاِسْتِمَاعُ إلَى الْغِنَاءِ



ذَهَبَ جُمْهُورُ الْفُقَهَاءِ إلَى أَنَّ اسْتِمَاعَ الْغِنَاءِ يَكُونُ مُحَرَّمًا فِي الْحَالاَتِ التَّالِيَةِ
 
إِذَا صَاحَبَهُ مُنْكَرٌ

إِذَا خُشِيَ أَنْ يُؤَدِّيَ إِلَى فِتْنَةٍ كَتَعَلُّقٍ بِامْرَأَةٍ  أَوْ بِأَمْرَدَ أَوْ هَيَجَانِ
شَهْوَةٍ مُؤَدِّيَةٍ إِلَى الزِّنَى

إِنْ كَانَ يُؤَدِّي إِلَى تَرْكِ وَاجِبٍ دِينِيٍّ كَالصَّلاَةِ أَوْ دُنْيَوِيٍّ كَأَدَاءِ عَمَلِهِ الْوَاجِبِ عَلَيْهِ ، أَمَّا إِذَا أَدَّى إِلَى تَرْكِ الْمَنْدُوبَاتِ فَيَكُونُ مَكْرُوهًا  كَقِيَامِ اللَّيْل وَالدُّعَاءِ فِي الأَْسْحَارِ وَنَحْوِ ذَلِكَ


Menurut mayoritas fuqaha (ahli fiqih) mendengarkan nyanyian adalah haram, yakni jika:


1. Jika dibarengi dengan hal yang munkar.


2. Jika ditakuti mengantarkan kepada fitnah seperti terperangkap oleh wanita, atau remaja yang masih sangat muda, atau bangkitnya syahwat yang membawaki pada zina.


3. Jika membuat pendengarnya meninggalkan kewajiban agama seperti shalat, dan meninggalkan kewajiban dunia yang harus dilakukannya, ada pun jika sampai meninggalkan perbuatan sunah maka itu makruh, seperti meninggalkan shalat malam, doa di waktu sahur, dan semisalnya.


Mausu'ah Fiqhiyyah Al-Kuwaitiyah halaman 90, juz 4


KETENTUAN KHAUFFIL FITNAH (Takut Fitnah)


 ( قوله : من داعية نحو مس ) يؤخذ منه أن ضابط خوف الفتنة أن يخاف أن تدعوه نفسه إلى مس لها أو خلوة بها


(نهاية المحتاج في شرح المنهاج)


Disimpulkan dari keterangan di atas bahwa batasan khaufil fitnah adalah laki-laki khawatir nafsunya mendorong untuk menyentuh perempuan, atau berkhalwat dengannya (berduaan di tempat sepi).


Nihayatul Muhtaj halaman 186, juz 20.


Dan dalam kitab Al-Bajuri, Syaikh Ibrahim Al Bajuri mencontohkan batasan khaufil fitnah ini, Yaitu ketika seorang laki-laki dan perempuan berduaan di tempat sepi, maka akan melakukan perbuatan yang diharamkan. Beliau berkata;


فلا يحرم سماع صوت المرأة ولو مغنية، إلا عند خوف الفتنة، بأن كان لو اختلى الرجل بها، لوقع بينهما مُحرَّم


Al Bajuri halaman 178, juz 1.


Kesimpulan materi mubahasah tahun ajaran 2023/2024 masalah suara perempuan dalam Islam, Januari 2024.


Menurut hemat kami, Keharaman mendengarkan suara perempuan dalam bentuk apapun baik itu tadarus, tilawah, nyanyian, atau sebagainya, terletak pada kemunculan fitnah.


Follow me di saluran WhatsApp klik disini.

loading...

Berlangganan update artikel terbaru via email:

0 Response to "Apakah Suara Wanita Termasuk Aurat Menurut Islam?"

Posting Komentar

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel