-->

Tercelanya Suka Kemegahan (like for like)

Maqalah Santri: Allah SWT berfirman:

تِلْكَ الدَّارُ الْاٰخِرَةُ نَجْعَلُهَا لِلَّذِيْنَ لَا يُرِيْدُوْنَ عُلُوًّا فِى الْاَرْضِ وَلَا فَسَادًا.
"Negeri akhirat itu Kami jadikan bagi orang-orang yang tidak menyombongkan diri dan tidak berbuat kerusakan di bumi. 
(QS. Al-Qasas 28: Ayat 83)

Allah mengumpulkan di antara kehendak kerusakan dan ketinggian. Dan ia menjelaskan bahwa kampung akhirat itu, bagi orang yang terlepas dari dua kehendak tersebut sekalian, dan Allah Ta'ala berfirman:

مَنْ كَانَ يُرِيْدُ الْحَيٰوةَ الدُّنْيَا وَ زِيْنَتَهَا نُوَفِّ اِلَيْهِمْ اَعْمَالَهُمْ فِيْهَا وَهُمْ فِيْهَا لَا يُبْخَسُوْنَ. اُولٰٓئِكَ الَّذِيْنَ لَـيْسَ لَهُمْ فِيْ الْاٰخِرَةِ اِلَّا النَّارُ  ۖ  وَحَبِطَ مَا صَنَعُوْا فِيْهَا وَبٰطِلٌ مَّا كَانُوْا يَعْمَلُوْنَ.

"Barang siapa menghendaki kehidupan dunia dan perhiasannya, pasti Kami berikan (balasan) penuh atas pekerjaan mereka di dunia (dengan sempurna) dan mereka di dunia tidak akan dirugikan. Itulah orang-orang yang tidak memperoleh (sesuatu) di akhirat kecuali neraka, dan sia-sialah di sana apa yang telah mereka usahakan (di dunia) dan terhapuslah apa yang telah mereka kerjakan." (QS. Hud 11: Ayat 15-16)

Media

Ketahuilah kiranya, bahwa kemegahan dan harta adalah: dua sendi dunia. Dan arti harta, ialah: memiliki benda-benda yang dapat dimanfaatkan. Dan arti kemegahan, ialah: memiliki hati yang dicari pengagungan dan ketaatan bagi hati.

Sebagaimana orang kaya ialah yang memiliki dirham dan dinar. Artinya: la berkuasa atas dirham dan dinar itu, untuk
menyampaikannya kepada maksud, tujuan, memenuhi nafsu syahwat dan kesenangan-kesenangan jiwa lainnya. Maka begitu pulalah orang yang mempunyai kemegahan. Yaitu: orang yang memiliki hati manusia. Artinya: la sanggup untuk berbuat pada hati manusia itu, untuk dipakaikannya dengan perantaraan hati itu, orang-orang yang punya hati itu, pada maksud-maksud dan tujuan-tujuannya.

Dan sebagaimana ia mengusahakan harta dengan bermacam-macam usaha dan perusahaan, maka demikian pula ia mengusahakan hati makhluk dengan bermacam-macam mu'amalah. Dan tidaklah hati itu menuruti (mematuhi) selain dengan pengetahuan dan keyakinan-keyakinan (i'tiqadat). Maka setiap orang yang diyakini oleh hati, padanya suatu sifat dari sifat-sifat kesempurnaan niscaya hati itu menuruti dan mematuhi kepadanya, menurut kuatnya keyakinan hati tadi dan menurut tingkat kesempurnaan tersebut padanya. Dan tidaklah disyaratkan bahwa ada sifat itu sempurna pada diri sifat itu sendiri.

Akan tetapi memadailah, bahwa sifat itu sempurna pada hati dan pada keyakinan hati. Kadang-kadang hati itu meyakini, apa yang tidak sempurna itu, diyakini sempurna. Dan hatinya meyakini bagi orang yang bersifat demikian, untuk mematuhinya dengan mudah, menurut keyakinannya. Maka sesungguhnya kepatuhan hati itu bertempat pada hati. Dan hal keadaan hati itu, mengikuti bagi
keyakinan hati, pengetahuannya dan khayalannya (imajinasinya).

Dan sebagaimana orang yang mencintai harta itu, mencari jalan untuk memiliki budak-budak dan hamba-sahaya aya, maka orang yang mencari kemegahan itu mencari untuk memperbudakkan orang-orang merdeka, memperhambakan dan memiliki leher mereka dengan memiliki hati mereka. Bahkan perbudakan yang dicari oleh orang yang mencari kemegahan itu, lebih besar. Karena orang yang berpunya itu, memiliki budak dengan cara paksaan. Dan budak itu tidak mau menurut tabiatnya. Dan jikalau diserahkan kepada pendapatnya, niscaya budak itu menarik diri dari kepatuhan. Dan orang yang punya kemegahan itu, mencari kepatuhan orang dengan tanpa paksaan. Dan ia mau orang-orang merdeka itu menjadi budaknya, dengan tabiat dan kepatuhan, serta senang dengan perbudakan dan kepatuhan kepadanya.

Maka apa yang dicari oleh orang yang punya kemegahan, adalah di atas apa yang dicari oleh orang yang memiliki budak, dengan lebih banyak lagi.

Jadi, arti kernegahan itu, ialah: Berdirinya kedudukan (manzilah) pada hati manusia. Artinya: hati manusia itu meyakini, ada sesuatu dari sifat-sifat kesempurnaan pada orang tersebut. Maka menurut kadar kesempurnaan yang diyakini mereka pada orang itu, lalu hati mereka mengakui orang tersebut. Dan menurut kadar pengakuan hati itu, adalah kemampuannya kepada hati. Dan dengan kadar kemampuannya pada hati, adalah kegembiraan dan kecintaannya kepada kemegahan.

Maka inilah arti kemegahan dan hakikat kemegahan!

Kemegahan itu mempunyai buah (berbuah), seperti: Pujian dan berlebih-lebihan pada pujian. Karena orang yang berkeyakinan pada kesempurnaan itu tidak akan diam daripada menyebutkan apa yang diyakininya. Lalu dipujinya di atas kesempurnaan itu. Dan seperti pelayanan dan pertolongan maka orang yang berkeyakinan itu, tiada akan kikir, dengan menyerahkan dirinya pada menta'ati orang yang dipandangnya sempurna itu, menurut kadar keyakinannya. Lalu ia dijadikan baginya seperti budak pada maksud maksudnya. Dan seperti mengutamakan orang lain, meninggalkan perbantahan, membesarkan dan memuliakan dengan memulai memberi salam, menyerahkan tempat yang tertinggi pada perayaan-perayaan dan mendahulu pada semua maksud.

Maka inilah atsar (bekas dan kesan) yang terjadi dari tegaknya kemegahan dalam hati. Dan arti tegaknya kemegahan dalam hal abah: Lengkapnya hati kepada keyakinan sifat-sifat kesempurnaan pada seseorang. Adakalanya, disebabkan ilmu atau ibadah, atau bagus akhlak atau keturunan atau kekuasaan atau kecantikan pada rupa atau kekuatan pada badan atau sesuatu yang diyakini oleh manusia sebagai suatu kesempurnaan. Maka sifat-sifat ini semua, membesarkan tempatnya pada hati orang. Lalu menjadi sebab untuk tegaknya kemegahan.

Wa'llahu Ta'ala a'lam Allah Ta'ala yang Maha mengetahui.

Sumber; Ihya Ulumuddin
loading...

Berlangganan update artikel terbaru via email:

0 Response to "Tercelanya Suka Kemegahan (like for like)"

Posting Komentar

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel