-->

Budipekerti rasullah yang menakjubkan.


Allah swt. telah menganugerahkan kepada Nabi kita semua kesempurnaan dunia dan akhirat yang belum pernah dianugerahkan kepada siapa pun, baik sebelum ataupun sesudahnya. Bahwa perilaku yang agung lagi sempurna bagi manusiai tu ada dua macam, yaitu:

1. Bersifat pembawaan sejak lahir karena merupakan kebutuhan yang mutlak bagi kehidupan manusia.

2. Bersifat kasbi lagi keagamaan, yaitu perilaku yang pelakunya terpuji, dan hal ini dapat dijadikan sebagai amal takarrub kepada Allah swt.

Adapun perilaku yang bersifat pembawaan, yang dimaksud adalah hal yang tidak ada pilihan serta tidak ada upaya bagi orang yang bersangkutan sehubungan dengan keberadaannya. Yaitu seperti pembawaan yang terdapat di dalam diri Rasulullah berupa bentuk yang sempurna, indah penampilan, kekuatan daya pikir, pemahaman yang benar, lisan yang fasih, panca indera dan anggota tubuh yang kuat, gerak yang seimbang, keturunan yang terhormat, kaum dan tempat tinggal yang mulia. Termasuk pula ke dalam kategori ini hal-hal yang merupakan kebutuhan pokok hidup seperti makanan, tidur, pakaian, tempat tinggal, harta benda, dan kedudukan.

Adapun mengenai hal-hal yang bersifat kasbi lagi ukhrawi semuanya berupa akhlak dan etika yang luhur seperti kuat beragama, memiliki ilmu penyantun, sabar, bersyukur, adil, zuhud dan rendah diri, pemaaf, memelihara kehormatan, dermawan, pemberani, pemalu, berharga diri, pendiam, tenang dalam segala hal, anggun, belas kasihan, baik dalam bergaul dan hal-hal lain yang tercakup ke dalam akhlak yang baik. Bilamana engkau melihat, semoga Allah memelihara diri watak-watak sempurna yang bersifat bukan kasbi dan terkandung di dalam fitrah kejadian, niscaya engkau akan menemukan semua seginya yang baik terdapat di dalam diri Rasulullah saw.

Adapun mengenai penampilannya, kegantengannya, dan keserasian bentuknya yang begitu indah, telah banyak disebutkan oleh atsar-atsar yang sahih dan terkenal lagi cukup banyak. Disebutkan bahwa warna kulit Rasulullah itu putih kemerah-merahan, bagian hitam bola matanya cukup besar, matanya lebar tapi indah, warna putih matanya dicampuri warna kemerah-merahan, bulu matanya tebal, wajahnya selalu tampak bercahaya dan berseri-seri, alis matanya tipis tetapi memanjang, hidungnya mancung,
wajahnya bundar, keningnya lebar, dan janggutnya lebat, keriting dan tidak terlalu panjang. Perutnya rata (tidak buncit), dadanya bidang, pundaknya kekar, tulangnya besar, lengan dan hastanya kekar, lapak tangannya lebar demikian pula telapak kakinya, dan jarijemarinya cukup panjang tetapi memadai, dadanya berbulu, dan tingginya sedang tidak terlalu tinggi dan pula tidak pendek. Sekalipun demikian, siapa pun yang berjalan bersamanya, yang terbilang orang yang tinggi, Nabi saw. kelihatan lebih tinggi. Dia selalu menyisir rambutnya. Apabila tertawa, kelihatan wajahnya bercahaya bagaikan kilatan petir dan bagaikan butiran air hujan. Apabila berkata, maka kelihatan seolah-olah ada cahaya yang keluar dari gigi serinya. Bentuk lehernya paling baik, tidak terlalu gemuk dan tidak kurus, badannya kekar dan tidak gemuk.

Al-Barra ibnu 'Azib menceritakan:

Aku belum pernah melihat seseorang yang memiliki Cambang yang hitam disemir warna merah lebih indah dari milik Rasulullah saw.

Sahabat Abu Hurairah r.a. telah menceritakan pula:

Aku belum pernah melihat wajah yang lebih indah daripada wajah Rasulullah, seolah-olah bagaikan matahari yang memancarkan sinarnya, dan apabila tertawa maka nampaklah wajahnya gemerlapan.

Dalam sebuah hadis yang diriwayatkan oleh Ibnu Abu Halah disebutkan:

Wajah Rasulullah selalu tampak gemerlapan bagaikan rembulan pada tanggal lima belas.

Sahabat 'Ali r.a. mengatakan pada akhir kalimatnya sewaktu ia menggambarkan diri Rasulullah saw.:

Barang siapa yang melihatnya sekilas, niscaya ia takut terhadapnya, dan barang siapa yang telah bergaul mengenalnya, niscaya akan mencintainya. Orang yang menggambarkan tentang bentuknya niscaya mengatakan, aku belum pernah melihat seseorang yang mirip dengan Rasulullah, baik sebelum melihatnya ataupun sesudahnya.

Adapunmengenai kebersihan tubuhnya, bau harum tubuhnya, keringatnya, kesuciannya dari kotoran-kotoran, dan kerapiannya dalam menutupi aurat tubuh, merupakan karunia Allah yang khusus diberikan kepada dirinya dan tidak terdapat pada orang lainnya. Kemudian hal ini disempurnakan pula dengan kebersihan dalam bersyariat. Rasulullah saw. telah bersabda:

Agama itu berlandaskan kebersihan.

Sahabat Anas ibnu Malik pernah mengatakan:

Aku belum pernah mencium bau minyak wangi dan tidak pula minyak kesturi serta wewangian yang lain yang lebih wangi daripada bau tubuhRasulullah.

Sahabat Jabir menceritakan bahwa pada suatu hari Rasulullah saw. mengusap pipinya. Selanjutnya Jabir berkata, "Terasa tangannya ketika menyentuh pipiku begitu sejuk dan harum, seolah-olah tangan tersebut baru dikeluarkan dari tempat minyak wangi." Sedangkan dalam riwayat yang lain ditambahkan bahwa apakah tangannya itu menyentuh wewangian sebelumnya atau tidak, tangannya tetap berbau harum. Seseorang yang menjabat tangannya, tangan dia akan tetap berbau harum seharian penuh.Umpamanya dia menaruh telapak tangannya pada kepala anak kecil, niscaya anak kecil itu mengetahui bahwa bau wangi tersebut bekas berjabat tangan dengan Rasulullah. Imam Bukhari meriwayatkan dalam kitab tarikhnya melalui Sahabat Jabir r a.

Belum pernah Nabi saw. melalui suatu jalan, kemudian bekasnya di ikuti oleh seseorang, dia tidak mengetahui bahwa Rasulullah baru saja melewati jalan itu karena tercium dari baunya yang wangi.

Ditinjau dari kecerdesan akal, pandangan mata hatinya yang tajam, kekuatan pacainderanya, kefasihan lisannya, keseimbangan semua gerak geriknya, dan kebaikan penampilannya, tidak diragukan lagi bahwa dia orang yang paling cerdas dan paling pandai. Barang siapa memperhatikan pengaturannya terhadap perkara batiniah dan lahiriah makhluk, serta kebijaksanaannya dalam mengatur masyarakat umum, penampilan dan gerak-geriknya yang menakjubkan itu, terlebih lagi bila dibarengi pula dengan ilmu yang dimilikinya dan keputusan syara' yang telah ditetapkannya tanpa mengalami proses belajar terlebih dahulu dan pula tanpa proses latihan membaca kitab-kitab, maka kesan pertama yang terlintaspada dirinya tidak meragukan lagi tentang kecemerlangan akal dan ketajaman pandangannya dalam segala hal.

Apabila Rasulullah saw. melakukan salat, dia dapat melihat orang yang di belakangnya sebagaimana dia melihat seseorang yang berada di hadapannya. Berdasarkan pengertian ini, ada seorang mufassir yang mengartikan firman-Nya dengan pengertian tersebut;

.وتقلبك في المسجدين

Dan (melihat pula perubahan gerak badanmu di antara orang orang yang sujud. (Q.S, 26 Asy-Syu'ara: 219).

Siti 'Aisyah r a. menceritakan bahwa Rasulullah saw. dapat melihat di dalam gelap sebagaimana dia melihat di dalam terang. Dia pernah hitung bahwa jumlah bintang Tsurayya itu ada sebelas. Banyak hadis yang menceritakan bahwa Rasulullah saw. pada suatu hari mengajak Rukanah masuk Islam. Rukanah adalah orang yang paling kuat pada masa itu. Akan tetapi, Rukanah menolak kecuali bila Nabi saw. dapat mengalahkannya dalam bergulat. Akhirnya beliau dapat menjatuhkannya.

Sahabat Abu Hurairah r.a. dalam salah satu hadisnya menceritakan:

Aku belum pernah melihat seseorang yang lebih cepat jalannya dari pada Rasulullah saw, seolah-olah bumi ini melipatkan diri untuknya. Sesungguhnya kami sangat payah mengimbanginya dalam berjalan, sedangkan dia tidak menghiraukannya sama sekali.

Sehubungan dengan sifat Rasulullah saw. telah disebutkan bahwa tertawanya hanyalah berupa senyuman: bilamana berpaling, tubuhnya pun ikut memalingkan dirinya; dan bilamana berjalan, langkah-langkahnya tegap. Adapun mengenai kefasihan lisan dan paramasastra pembicaraannya dia menduduki tempat paling utama. Gaya bahasa Rasulullah saw. dalam percakapannya mudah dicerna, lihai dalam membuat istilah, ringkas, fasih, anggun, makna yang tepat dan tidak dibuat-buat. Dia dianugerahi kalimat-kalimat yang bermakna global dan mempunyai keistimewaan lihai dalam membuat kata-kata yang bijak serta mempunyai pengetahuan yang mencakup semua dialek bahasa Arab.

Dia selalu berbicara dengan setiap kabilah sesuai dengan dialek yang mereka pakai dan menyaingi paramasastra mereka, serta berbicara dengan bahasa yang populer di kalangan mereka, sehingga banyak sahabat yang bertanya kepadanya tentang arti dan penafsiran pembicaraannya, bukan hanya satu-dua kali. Barang siapa merenungkan pembicaraannya dan menekuninya, niscaya ia akan mengetahui dan dapat membuktikan hal tersebut. Pembicaraan Nabi saw. dengan orang-orang Quraisy tidaklah seperti pembicaraannya dengan kabilah-kabilah Hadhramaut, raja-raja negeri Yaman, dan para penguasa negeri Najed. Dia selalu berbicara terhadap setiap kabilah sesuai dengan apa yang dianggap baik di kalangan mereka dalam hal kata-kata dan paramasastranya. Dengan demikian Nabi saw. dapat menjelaskan kepada mereka apa yang telah diturunkan kepada mereka supaya dia dapat berbicara dengan mereka sesuai dengan apa yang biasa berlaku di kalangan mereka.

Sumber; Kitab Nurul Yaqin
loading...

Berlangganan update artikel terbaru via email:

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel